Raksasa Premier League Manchester United membuat kejutan di akhir jendela transfer musim panas dengan mendatangkan kiper muda asal Belgia, Senne Lammens, dari Royal Antwerp. Transfer ini bahkan mengalahkan opsi nama besar seperti Emiliano Martinez dari Aston Villa. Pertanyaannya, apakah Lammens cukup bagus untuk menjadi kiper utama Setan Merah dalam jangka panjang?
Artikel SBOTOP kali ini menyajikan analisis lengkap mengenai kekuatan, kelemahan, serta potensi Lammens, berdasarkan performa musim lalu, mulai dari statistik penyelamatan hingga kemampuannya dalam menghadapi tekanan permainan Premier League. Simak selengkapnya di bawah ini.
Statistik yang Mencengangkan: Salah Satu Kiper Terbaik di Eropa?
Jika dilihat dari data mentah, Senne Lammens tidak bisa diremehkan. Dalam kompetisi top 10 liga Eropa musim lalu, ia mencatat jumlah penyelamatan terbanyak dengan total 173 penyelamatan dan persentase penyelamatan sebesar 77,4%.
Lebih menarik lagi, berdasarkan data expected goals (xG), Senne Lammens diprediksi kebobolan 66,4 gol namun hanya kemasukan 48 gol, yang berarti berhasil mencegah hampir 18,4 gol. Ini menempatkannya di peringkat kedua di Eropa untuk kategori “goal prevention”. Namun, data tanpa konteks visual bisa menyesatkan. Untuk benar-benar memahami kualitasnya, penting untuk melihat bagaimana Lammens bereaksi dalam berbagai situasi di lapangan.
Duel Satu Lawan Satu: Ketenangan yang Menentukan
Salah satu aspek paling menonjol dari Senne Lammens adalah kemampuannya dalam situasi satu lawan satu, baik dari jarak dekat maupun jauh. Saat menghadapi pemain lawan yang mendekati kotak penalti, Senne Lammens memiliki kecepatan untuk keluar dari garis gawang dan mempersempit sudut tembak. Ia cenderung berhenti di titik tertentu untuk membuat dirinya besar dan mengintimidasi penyerang lawan.
Strategi ini efektif karena ia tidak terlalu cepat menjatuhkan diri, yang bisa membuatnya lebih rentan terhadap pelanggaran atau gocekan lawan. Tetapi, risiko tetap ada. Jika penyerang memutuskan menembak lebih awal, posisi Lammens yang terlalu maju bisa menyisakan celah di sisi gawang.
Dalam situasi jarak dekat, Senne Lammens menggunakan postur tubuhnya yang tinggi untuk menciptakan “barikade” dengan kaki terbuka lebar dan tangan menyebar, mirip dengan teknik penjaga gawang kriket. Refleks cepat dan kemampuan bereaksi dengan kaki membuatnya sangat kuat dalam skenario ini.
Menghadapi Tembakan Jarak Jauh: Posisi Unik, Hasil Efektif
Banyak tembakan yang dihadapi Senne Lammens musim lalu datang dari luar kotak penalti atau dari balik barisan pemain bertahan. Ia sering mengambil posisi beberapa langkah di depan garis gawang untuk memperkecil ruang tembak lawan. Pendekatan ini bisa membuat tembakan yang sebenarnya sulit terlihat lebih mudah ditangani karena tubuhnya sudah lebih dekat dengan lintasan bola.
Namun, pendekatan ini juga punya sisi negatif. Ketika lawan menembak secara mendadak atau bola datang dari arah yang tertutup, posisi maju ini bisa mengurangi waktu reaksi. Meski begitu, kemampuan reaksi Senne Lammens tetap terbilang cepat, bahkan untuk ukuran kiper dengan tinggi 193 cm, dan saat berada di garis gawang, ia bisa melakukan penyelamatan refleks yang impresif.
Menghadang Umpan Silang: Statistik Tinggi, Realita Berbeda
Satu lagi keunggulan mencolok dalam statistik Senne Lammens adalah kemampuannya menghentikan umpan silang. Ia memimpin di antara semua kiper di liga top Eropa dengan menghentikan 13,2% dari semua umpan silang yang masuk ke area kotaknya. Dalam konteks Manchester United yang belakangan ini rentan terhadap bola mati dan umpan silang, angka ini sangat menjanjikan.
Namun, analisis video menunjukkan sisi lain. Di liga Belgia, banyak umpan silang yang ia hadapi datang tanpa tekanan berarti, memungkinkan dia keluar dari garis dengan percaya diri. Dengan postur tinggi dan refleks bagus, ini menjadikan angka statistiknya tinggi.
Sayangnya, dalam situasi bola mati seperti sepak pojok, agresivitasnya justru bisa menjadi bumerang. Ia sering mencoba menangkap atau meninju bola dalam situasi yang seharusnya ia diam dan bertahan di garis gawang. Ini menyebabkan kesalahan membaca arah bola dan terkadang menciptakan peluang bagi lawan.

Musim lalu, Senne Lammens kebobolan delapan gol dari 85 sepak pojok, angka yang menempatkannya di level menengah dibandingkan dengan kiper Premier League. Walau masih lebih baik dari Andre Onana (17,2% kebobolan dari sepak pojok), adaptasi terhadap kekuatan fisik dan variasi strategi bola mati di Inggris akan jadi tantangan tersendiri bagi Senne Lammens.
Kemampuan Mengolah Bola: Cukup Baik, Tapi Belum Istimewa
Di era modern, kiper yang bisa berkontribusi dalam membangun serangan menjadi sangat penting. Dalam hal ini, Senne Lammens menunjukkan kemampuan yang solid, tapi belum mencapai level elite. Ia cukup nyaman menggunakan kedua kaki, meski dominan kanan. Ia juga tak ragu memainkan bola ke rekan setim untuk memperlancar aliran bola dari belakang.
Dalam situasi tanpa tekanan, Senne Lammens bisa mengalirkan bola dengan cepat ke sisi lain lapangan hanya dengan satu sentuhan. Namun, saat mendapat tekanan langsung, ia cenderung melakukan sapuan panjang ke area umum tanpa target yang jelas, yang sering kali menyebabkan turnover.
Satu klub besar Eropa bahkan dilaporkan sempat mundur dari perekrutan Senne Lammens karena merasa kemampuan bermain bolanya belum cukup matang untuk strategi penguasaan bola yang mereka terapkan. Meski begitu, kepercayaan diri Senne Lammens dalam menguasai bola di bawah tekanan dapat menjadi dasar yang baik untuk diasah. Ia tidak panik dan aktif memberikan opsi operan kembali kepada rekan setim.
Bekal yang Menjanjikan, Tapi Butuh Waktu
Secara keseluruhan, Senne Lammens adalah penjaga gawang muda dengan potensi luar biasa. Statistiknya menunjukkan kualitas elit, terutama dalam hal shot stopping dan penanganan umpan silang. Namun, seperti banyak pemain muda lainnya, ia tetap memiliki beberapa aspek permainan yang harus ditingkatkan, terutama dalam menghadapi bola mati dan tekanan tinggi yang menjadi ciri khas Premier League.
Perpindahan ke Manchester United adalah tantangan besar. Di liga Belgia, ia menghadapi level tekanan yang lebih rendah, sedangkan Premier League menawarkan tingkat intensitas, fisik, dan kecepatan permainan yang jauh lebih tinggi. Namun, dengan bimbingan pelatih kiper yang tepat dan waktu adaptasi yang cukup, Senne Lammens memiliki potensi untuk menjadi kiper utama masa depan bagi The Red Devils.
●●●
Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan
Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan